Kulit putih mulus dengan paras
tampan/cantik.
Itulah yang menjadi
produk pujaan ala modern, Boy Band atau
Girl Band lah yang menjadi sapaan
akrab bagi mereka. Sekumpulan muda-mudi yang
berkecimpung di dunia tarik suara inilah yang selalu tampil di televisi,
panggung konser, dan di tempat hiburan
lainnya dengan diiringi para pemujanya/penggemarnya. Gerakkan tubuh yang lincah dan lirik lagu
yang genit turut melengkapi aksi mereka.
Fenomena Boy Band/Girl Band dewasa ini terus menggilas industri musik nasional.
Idola baru ini terus menyusup ke telinga para remaja Indonesia dengan
mengandalkan lirik melankolis mereka. Industri musik nasional seakan tak puas
untuk terus menciptakan idola atau pujaan baru, pihak lebel menciptaka trend yang sudah pasti mengarah ke
kehidupan yang hedonis. Para remaja dipola untuk menghabiskan hidup dengan cara
bersenang-senang dengan terus disuapi musik-musik yang syarat akan kesenangan
hidup yang sesaat.
Syair
yang menjulur dari bibir dari sekelompok muda-mudi yang tergabung dalam group
vocal ini seakan ingin mengatakan hidup hanya seputar kisah romantisme dan persaan suka atau sakit
hati antara dua pasang anak manusia. Jeihan pernah berkata bahwa penyair adalah
langkah awal untuk menjadi pemikir. Tapi apakah mungkin remaja Indonesia akan
menjadi pemikir apabila mereka terus-menerus dipaksa untuk menelan
mentah-mentah syair-syair ‘hipokrit’?
Sedikit
meminjam istilah Widji Thukul, beliau pernah berkata para seniman harus
berhenti onani. Dan Alm W.S Rendra juga berpuisi tentang penyair salon, inilah
sepenggal puisi Alm. W.S. Rendra yang berjudul Sajak Sebatang lisong.
Aku pernah bertanya
Tapi pentanyaanku
Membentur jidat penyair-penyair salon
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
Sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
Termangu-mangu di kaki dewi kesenian
Pertanyaannya,
apakah dengan syair yang berjudul Cenat-Cenut, Play Boy dan yang lainnya kita
mampu menjadi pemikir? Atau kita hanya mampu menjadi korban pendiktien para
musisi salon? Dan akhirnya kita terus memuja mereka dengan menyandang status
korban yang terus mengoleksi tentang apa yang mereka gunakan dan yang mereka
lakukan.
Tentunya Tuhan memberikan kita imajinasi bukan
tanpa alasan, sebab tak ada satu pun ciptaan-Nya yang tidak bermanfaat. Dengan
imajinasi yang bersih, cerdas dan kuat kita mampu membersihkan tirani yang
diselimuti debu hitam. John F Kennedy pernah berkata bahwa apabila politik itu
kotor maka hanya seni yang mampu membersihkannya. Tapi, pergerakan seni untuk
rakyat kalah populer oleh panggung mewah milik para idola. Sebab seni telah
menjadi lokalisasi yang terkurung di penjara kelas elit.
Apakah
artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah
artinya berpikir
bila
terpisah dari masalah kehidupan
(Penggalan
puisi Sajak Sebatang Lisong W.S. Rendra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar